Halaman

Sabtu, 04 Januari 2014

contoh karya tulis ilmiah Bab IV

BAB IV
Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan
            Semua mahluk hidup pasti akan melakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal, komunikasi saat ini sudah menjadi suatu hal yang biasa tapi untuk apakah kita berkomunikasi ?. Komunikasi sangat penting bagi manusia dengan komunikasi kita dapat mengenal orang lain, saling ngobrol, menasehati dan lain-lain, dalam pengertiannya pun mengatakan “komunikasi adalah suatu proses menyampaikan pesan dimana ada komunikator dan komunikan agar komunikasi terjadi”.
            Komunikasi banyak definisinya tapi berbeda dengan komunikasi islam dimana komunikasi dengan prinsip atau kaidah keislaman sesuai dengan definisi nya yakni “komunikasi islam adalah proses penyampaian pesan-pesan keislaman dengan menggunakan prinsip-prinsip komunikasi dalam islam”. Dengan pengertian demikian, maka komunikasi islam menekankan pada unsur pesan yakni risalah atau nilai-nilai islam, dan cara bicara atau gaya bicara dan bahasa lebih baik sopan.
            Kaidah, prinsip atau etika komunikasi islam ini merupakan panduan bagi kaum muslim dalam melakukan komuikasi baik dalam intrapersonal, interpersonal dalam pergaulan sehari-hari, berdakwah secra lisan dan tulisan maupun aktivitas lain.
            Dalam komunikasi islam terdapat etika yang harus dipatuhi agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam berkomunikasi dilihat dari segi fungsi dan perannya, dapat dikatakan bahwa etika adalah menentukan hokum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan seseorang untuk di tentukan baik dan buruknya. Dengan kata lain etika menghendaki terciptanya masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, tenteram, dan sejahtera lahir dan batin.
4.2 Saran

            Komunikasi saat ini sudah berambah di seluruh dunia terutama di Indonesia diharapkan bisa menggunakan prinsip komunikasi islam agar masyarakat terbiasa berkomunikasi dengan bahasa dan gaya atau cara bicara yang baik sesuai ajaran islam, dengan terbiasa mengugunakan komunikasi islam dipastikan masyarakat Indonesia akan lebih tentram, damai dan sejahtera.

contoh karya tulis ilmiah Bab III

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sifat Ilmu Komunikasi Islam
            Dalam ilmu komunikasi umum, jika ditinjau dari sifatnya, maka komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) macam, yaitu: verbal communication, nonverbal communication, face to face communication, dan mediated communication. Dalam beberapa hal, tentu saja sifat ilmu komunikasi Islam dengan ilmu komunikasi yang bersifat umum ada banyak persamaan. Bahkan yang menjadi perbedaan mendasar terletak pada latar belakang filosofinya, sedangkan cukup banyak aspek paradigmatis dan teoritis (perspektif)-nya adalah sama. Misalnya juga mengenai defenisi komunikasi baik defenisi etimologis maupun terminologisnya. Mungkin ada istilah atau perkataan lain menurut bahasa lain, tetapi istilah dari bahasa lain itu tetap mempunyai makna komunikasi atau berkomunikasi, yakni berbicara, menyampaikan pesan, pendapat, informasi, berita, pikiran dan perasaan dan sebagainya dari seseorang kepada yang lainnya dengan mengharapkan umpan balik (feedback).
            Pada era informasi dan komunikasi sekarang ini, dunia Islam juga tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh-pengaruh teknologi yang berkembang. Teknologi informasi dan komuniksi (ICT = Information and Comunication Technology) merambah hampir ke seluruh penjuru bumi ini, maka mau tidak mau, suka tidak suka, umat Islam khususnya harus ikut serta memainkan peran di dalamnya. Dalam satu lokakarya yang diadakan oleh PPs IAIN Sumatera Utara terungkap bahwa internet sebagai media komunikasi paling mutakhir harus juga dapat dimanfaatkan oleh umat Islam, jika tidak maka umat Islam secara sengaja dan sah telah membiarkan media ini dikuasai oleh pihak-pihak non-Muslim saja, sementara yang menjadi konsumen atau pemakainya sudah barang tentu banyak di antaranya mengaku sebagai Muslim. Lantas apakah adil rasanya jika umat Islam sendiri tidak mendapatkan informasi Islami dari media internet yang mereka sendiri bergelut dengannya? Artinya, umat Islam harus juga memanfatkan internet sebagai media komunikasinya. Bila mungkin, tentu saja sesuai dengan harapan Prof. Dr. H. Suwardi Lubis, MS, umat Islam harus berupaya: “Bagaimana meng-Islam-kan teknologi, dan bukan menteknologikan Islam”. Menurutnya, harapan itu hanya akan bisa diwujudkan bila teknologi itu dilembagakan sebagai bagian dari lembaga penyiaran Islam. Jadi, pesan-pesan yang muncul pada layar internet tidak hanya yang non-Islami, tetapi juga pesan-pesan agama Islam.
Sejujurnya juga harus diakui, kendati media informasi dan komunikasi sudah demikian maju dan berkembang, tetapi cara-cara lain sebagaimana yang tersebut di atas, seperti face to face communication, verbal dan nonverbal communication juga tetap digunakan.
            Face to face communication diwujudkan dalam berbagai bentuk seperti konsultasi agama, memberikan nasehat kepada sesama, konsultasi keluarga, dan sebagainya. Masing-masing sifat-sifat komunikasi tersebut memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Keunggulannya seperti adanya rasa kekeluargaan dan hubungan emosi yang dekat, sedangkan kelemahannya seperti sasarannya yang sangat terbatas dengan jangkauan yang terbatas pula.

3.2 Prinsip-Prinsip Komunikasi Islam
            Mohd. Yusof Hussain, seorang warga Malaysia yang pernah menjadi narasumber dalam suatu seminar yang membahas tentang perkembangan Komunikasi Islam, mengemukakan bahwa Alquran sebagai sumber utama rujukan umat Islam telah memberikan prinsip-prinsip komunikasi yang dapat dijadikan sebagai kerangka atau landasan berpikir secara epsitemik dalam keilmuan komunikasi. Ia mengatakan bahwa komunikasi aepanjang merujuk kepada Alquran adalah sebagai proses penyampaian pesan Alquran dengan prinsip Alquran itu sendiri. Ada berbagai macam pendapat yang mengemukakan tentang prinsip atau kaedah yang membahas tentang komunikasi Islam, apabila merujuk kepada sumber utama ajaran Islam itu sendiri, yaitu Alquran dan kemudian dengan menelaah hadis-hadis Nabi Saw. serta praktek-praktek keseharian para sahabat yang diyakini keabasahannya sebagai landasan dan rujukan pemikiran di dunia Islam.
             “Beberapa Kaedah Komunikasi Islam: Menjamin Produktiviti Kerja” menyederhanakan prinsip-prinsip komunikasi Islam menjadi 5 (lima) saja, yaitu prinsip-prinsip ketepatan fakta, penyesuaian dengan penerima informasi, kekuatan bahasa dan kemahiran dalam menyampaikan informasi, bijaksana/hikmah, dan takwa.
            Prinsip Pertama: Ketepatan Fakta. Kaedah yang pertama dalam sistem komunikasi Islam ialah prinsip ketepatan fakta dalam penyampaian sesuatu informasi. Dalam Islam, fakta-fakta yang diterima hendaklah disaring dan diuji kebenarannya sebelum disampaikan kepada orang lain. Tugas menerima dan terus menyebarkan fakta kepada orang lain tanpa memeriksa dahulu ketepatan informasi adalah jelas menyalahi ajaran Islam. Maksud firman Allah di dalam Alquran berikut jelas menunjukkan betapa pentingnya selektifitas dan pengujian keabsahan informasi yang diterima: “Wahai orang-orang yang beriman! Jika datang kepada kamu seorang fasik membawa sesuatu berita, maka selidikilah (untuk menentukan) kebenarannya, supaya kamu tidak menimpakan sesuatu kaum dengan perkara yang tidak diingini dengan sebab kejahilan kamu (mengenainya) sehingga menjadikan kamu menyesali apa yang kamu telah lakukan” (Qs. al-Hujurāt, ayat 6). Fakta-fakta hendaklah disahkan daripada sumber berautoriti sebelum disebarkan kepada orang lain. Dengan cara ini, organisasi boleh mengawal komunikasi ‘grapevine’ daripada menyebarkan spekulasi yang lebih banyak memberikan kesan buruk berbanding kesan yang baik. Dalam kes ini juga, maklumat-maklumat yang masih spekulatif atau semata-mata sangkaan wajar dielakkan daripada disebarkan. Firman Allah: “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari maklumat berupa sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa” (Qs. al-Hujurāt, ayat 12). Dengan ini, hanya maklumat-maklumat yang benar sahaja yang tersebar dan keadaan ini akan memantapkan lagi operasi sesebuah organisasi.
            Prinsip Kedua Memilih Informasi Yang Sesuai Dengan Penerimanya. Kaedah kedua dalam komunikasi ialah pemilihan terhadap informasi yang ada sebelum disebarkan kepada orang lain. Jika anda seorang komunikator, tidak semua informasi yang anda terima perlu disebarkan, tetapi ketepatan memilih informasi berasaskan fungsi yang boleh dilakukan oleh penerima informasi. Informasi yang tepat, jika diberikan kepada penerima yang tidak tepat akan menyebabkan kesalahan dalam pengamalannya. Jika dilihat dalam sejarah Rasulullah, bagaimana beliau berkomunikasi dengan pelbagai jenis dan tingkatan manusia, adakalanya beliau menjelaskan perkara yang sama dengan informasi/pesan yang berbeda-beda, sesuai dengan fungsi yang dapat diamalkan oleh penerima tersebut. Dalam suatu keadaan Rasulullah menyatakan sebaik-baik amalan ialah beriman kepada Allah (HR. Bukhāri) dan dalam situasi yang lain Rasulullah menyatakan sebaik-baik amalan ialah mengerjakan sembahyang dalam waktunya dan berbuat baik kepada ibu bapa (HR. Bukhāri). Menurut seorang penulis, Stephen P. Robbin, kesalahan dalam memilih saluran dan informasi/pesan akan menjadi penghalang terbangunnya komunikasi efektif dan akan sangat mengganggu perjalanan sebuah organisasi. Seseorang yang menjadi komunikator/penyampai informasi perlu memilih pesan yang sesuai, atau memilih penerima yang sesuai untuk menerima pesan dimaksud.
            Prinsip Ketiga Dalam Komunikasi Islam adalah Penggunaan Bahasa Yang Jelas dan Mudah Dipahami. Penggunaan bahasa yang jelas dan mudah dipahami merupakan salah satu daripada kaedah komunikasi yang ditunjukkan oleh Alquran dan Sunah. Dalam kisah dakwah Nabi Musa yang dijelaskan oleh Alquran, Nabi Musa pernah meminta kepada Allah, “Dan lepaskanlah simpulan dari lidahku, supaya mereka paham perkataanku; dan jadikanlah bagiku, seorang penyokong dari keluargaku. Yaitu Harun saudaraku” Qs. Tā ha: 27-30). Dari kisah ini, menurut Dr. Iqbal Yunus, dapat dipahami bahawa komunikasi efektif memerlukan kemahiran berbicara untuk menyampaikan pesan dengan jelas kepada penerima. Oleh karena itu, jika ingin menjadi komunikator yang baik, maka harus melatih diri supaya pandai menempatkan kata-kata dalam berbicara, sebagaimana Nabi Musa meminta Harun membantunya berdakwah kepada Fir’aun.
Prinsip Keempat adalah Bijaksana Dalam Berkomunikasi. Islam juga meletakkan   prinsip hikmah dalam berkomunikasi. Firman Allah di dalam Alquran: “Serulah ke jalan Tuhanmu (wahai Muhammad) dengan penuh hikmah kebijaksanaan dan nasihat pengajaran yang baik, dan berdebatlah/berdiskusilah dengan mereka (yang engkau serukan itu) dengan cara yang lebih baik” (Qs. an-Nahl: 125). Dr. Yusuf al-Qaradhawi dalam salah satu kuliah Ramadan beliau menguraikan bahwa ayat ini memberi panduan dalam berkomunikasi dengan mereka yang sealiran dan yang tidak sealiran. Di mana-mana organisasi sering terjadi konflik. Maka Allah menyeru agar berbicara dengan penuh hikmah dengan memberi pengajaran yang baik kepada mereka yang sealiran dengan kita, apabila bertukar pikiran dan berdebat dengan cara terbaik pula dengan mereka yang berkonflik dengan kita. Konflik tidak boleh dibiarkan berlalu tetapi perlu diselesaikan dengan cara komunikasi yang baik dan bijaksana.
            Prinsip Kelima adalah Takwa. Dalam organisasi, sistem komunikasi yang baik adalah dengan menggunakan berbagai saluran, baik saluran yang resmi maupun saluran yang tidak resmi. Problem biasanya akan lebih sering terjadi apabila saluran komunikasi tidak resmi tidak dikawal dengan nilai dan etika. Itulah sebabnya Islam meletakkan takwa sebagai salah satu kaedah atau prinsip yang sangat penting dalam berkomunikasi. Hal ini disebaban dalam organisasi ada pluralitas seperti perbedaan suku, budaya, pola pendidikan, watak, dan sebagainya, tetapi dengan adanya takwa, maka setiap individu akan menjaga batas-batas komunikasi mereka secara lebih berkesan. Firman Allah: “Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan Kami telah menjadikan kamu berbagai bangsa dan suku, supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah di antara kamu ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahuai.” (Qs. al-Hujurāt, ayat 13). Takwa berarti senantiasa mengambil langkah berhati-hati dalam melalukan segala sesuatu dengan menjauhkan diri dari perbuatan atau perkataan yang menimbulkan dosa dan sifat tercela. Islam mencela sifat memburuk-burukkan bangsa dan suku lain (Qs. al-Hujurāt, ayat 11), juga mengumpat dan membuka aib orang lain di depan umum (Qs. al-Hujurāt, ayat 12). Saluran komunikasi tidak resmi di dalam sebuah organisasi bisa jadi berjalan sangat liar dan licin, sehingga tak kenal waktu terus dimanfaatkan untuk mengumpat dan memburuk-burukkan orang lain, maka dengan ketakwaan akan menjadikan seseorang itu senantiasa menjauhi sifat buruk sangka terhadap orang lain. Stephen P. Robbins juga pernah menyebutkan bahwa sifat buruk sangka ini sering menimbulkan suasana tidak kondusif dalam organisasi. Misalnya, ketika pimpinan suatu organisasi memuji seseorang pekerja di hadapan pekerja lain, maka orang yang buruk sangka akan menganggap pekerja yang dipuji itu suka “mencari muka” atau “menjilat” , padahal seharusnya akan lebih baik jika dia berprasangka baik dan mau berusaha pula untuk menjadikan dirinya yang terbaik juga. Orang yang bertakwa dalam berkomunikasi senantiasa menjaga batas suara ketika berbicara, menghindarkan diri dari menipu dan berdusta, menggunakan perkataan yang manis dan menjaga adab-adab dalam berkomunikasi sesama manusia. Rasulullah bersabda dalam memberikan adab-adab komunikasi: “Tidak beriman seseorang itu sepenuhnya selagi dia berdusta ketika bergurau dan bertengkar dengan orang lain sekalipun ia benar” (HR. Ahmad).

            Dalam hadis lain Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat maka dia hendaklah mengucapkan yang baik-baik atau pun dia hanya diam” (HR. Muslim). Di dalam Hadis Nabi Saw. yang juga sangat populer diketahui oleh masyarakat adalah penegasan tentang “menyampaikan sesuatu yang benar sekalipun terasa pahit”. Tentu saja hal ini juga merupakan salah satu prinsip Komunikasi Islam. Sementara itu, sebagai prinsip yang diperpegangi, tentu hal ini menjadi dasar dikembangkannya Komunikasi Islam. Komunikasi Islam harus berdiri di atas prinsip-prinsip tersebut, yakni prinsip-prinsip yang diambil dari sumber Islam, Alquran dan Sunnah Nabi Saw. Secara bersamaan pula, prinsip-prinsip itu menjadi kritik terhadap validitas Komunikasi Islam.

contoh karya tulis ilmiah Bab II

BAB II
PEMERIAN MASALAH

2.1  Sejarah Ilmu Komunikasi

            Perkembangan komunikasi sebagai ilmu selalu dikaitkan dengan aktifitas retorika yang terjadi di zaman Yunani kuno, sehingga menimbulkan pemahaman bagi pemikir-pemikir barat bahwa perkembangan komunikasi pada zaman itu mengalami masa kegelapan (dark ages) karena tidak berkembang di zaman Romawi kuno. Dan baru mulai dicatat perkembangannya pada masa ditemukannya mesin cetak oleh Guttenberg (1457). Sehingga masalah yang muncul adalah, rentang waktu antara perkembangan ilmu komunikasi yang awalnya dikenal retorika pada masa Yunani kuno, sampai pada pencatatan sejarah komunikasi pada masa pemikiran tokoh-tokoh pada abad 19, sangat jauh. Sehingga sejarah perkembangan ilmu komunikasi itu sendiri terputus kira-kira 1400 tahun. Padahal menurut catatan lain, sebenarnya aktifitas retorika yang dilakukan pada zaman Yunani kuno juga dilanjutkan perkembangan aktifitasnya pada zaman pertengahan (masa persebaran agama). Sehingga menimbulkan asumsi bahwa perkembangan komunikasi itu menjadi sebuah ilmu tidak pernah terputus, artinya tidak ada mata rantai sejarah yang hilang pada perkembangan komunikasi.

            Telah disinggung di atas bahwa fenomena komunikasi berkembang dan tercatat kembali pada awal ditemukannya mesin cetak oleh Gutenberg (1457). Padahal, pada abad-abad sebelumnya, aktifitas komunikasi sudah berkembang cukup pesat yang berlangsung di zaman pertengahan (persebaran agama).       Mungkin masa ketika diketemukannya mesin cetak itu sendiri terjadi di zaman renaissance, dimana pemikiran-pemikiran ilmuwan telah bebas dari dogma-dogma agama. Sehingga mereka tidak menyinggung masa persebaran agama sebagai bagian dari sejarah perkembangan komunikasi itu sendiri. Rentang waktu antara tahun 500 SM (masa-masa pemikiran retorika di Yunani kuno) sampai pada penemuan mesin cetak (1457 M) merupakan abad-abad dimana terdapat proses perkembangan komunikasi yang dalam hal ini berbentuk ajaran dan keyakinan suatau agama (yang tentu pula tidak dapat dipungkiri bahwa dalam aktifitas persebaran ajaran agama, retorika dan bentuk komunikasi lainnya cenderung berperan besar dalam mengubah keyakinan seseorang). Sehingga tidak menyalahi aturan kalau makalah ini mencoba mengangkat masa penyebaran agama dan ajaran-ajaran bijak yang berlangsung antara rentang waktu tersebut dijadikan sebagai bagian dari mata rantai sejarah yang hilang dari perkembangan ilmu komunikasi itu. Pada awalnya perkembangan komunikasi yang terjadi di zaman Romawi (sebagai perkembangan dari Yunani kuno sekitar tahun 500 SM-5 M) mengalami kendala, karena pada masa itu Romawi mengalami masa kegelapan (dark ages). Padahal, masa kegelapan yang terjadi di Eropah ini merupakan sisi lain dari masa keemasan peradaban Islam, dimana pada masa ini perkembangan ilmu pengetahuan (termasuk aktifitas komunikasi) cukup signifikan. Selain itu, perkembangan komunikasi juga sangat maju pesat di Cina yang telah dimulai pada tahun 550 SM. Memang, aktifitas komunkasi dalam bentuk retorika yang berlangsung di Cina dan Islam ini lebih menekankan pada penyebaran ajaran dan keyakinan. Berbeda di Yunani dan Romawi yang lebih bersifat politis. Salah satu ajaran yang berkembang yaitu ajaran konfusiunisme di Cina. Kong hu Cu (bagian dari konfusianisme) lahir pada sekitar 550 SM yang ajarannya telah berusia 2000 tahun. Konfusius mulai mengajarkan filsafat hidupnya ketika Cina masih terpecah-pecah. Dalam penyebarannya, komunikasi yang dilakukan sudah sangat maju setelah ditemukannya kertas oleh Ts’ai Lun (105 M). Namun, ketika dinasti Qin (215 SM-206 SM), kaisar Qin Shi Hung melarang ajaran Konfusianisme, sehingga banyak buku-buku yang dibakar. Namun, ketika masa dinasti Han (206 SM-220 M), konfusianisme mulai mencapai masa emasnya kembali. Misalnya dengan didirikannya semacam Imperial University yang meninggalkan kitab-kitab ajaran konfusianisme seperti kitab Shi Ching (kumpulan lagu-lagu), Shu Ching (dokumen-dokumen), I Ching (buku ahli ramalan), Ch’un Ch’iu (peristiwa penting), dan Li Chi (upacara-upacara). Konfusianisme ini berlangsung cukup lama sampai pada masa jatuhnya dinasti Ching (1644-1911). Hal ini mengidentifikasikan bahwa adanya proses perkembangan komunikasi yang lebih condong pada penyebaran ajaran-ajaran konfusianisme di Cina.

            Melihat uraian sejarah perkembangan komunikasi di zaman pertengahan di atas, timbullah satu pertanyaan, mengapa aktifitas retorika dalam kaitannya dakwah yang terjadi di zaman pertengahan tidak dijadikan bagian dari mata rantai sejarah perkembangn komunikasi oleh para pemikir-pemikir barat? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita lihat fase-fase perkembangn ilmu itu sendiri dari zaman ke zaman. Ilmu berkembang, pertama kali pada masa Yunani kuno. Lalu dilanjutkan pada zaman pertengahan (yang sebenarnya adalah masa-masa persebaran agama). Telah disinggung di atas, contoh persebaran agama yang diambil adalah Islam yang memang berlangsung pada zaman pertengahan. Lalu ilmu berkembang lagi pada zaman renaissance (14-17 M), dimana kebanyakan pemikiran tokoh-tokoh pada abad ini sudah bebas dan tidak terikat lagi oleh dogma-dogma agama. Sebut saja seperti Isaac Newton dan Darwin. Zaman ini merupakan zaman peralihan dari zaman pertengahan menuju zaman modern. Ketika di zaman modern, ilmu-ilmu yang berkembang itu lebih didasari oleh pemikiran-pemikiran yang ilmiah dan empiris. Seperti Darwin yang sangat fanatik dengan teori evolusinya. Inilah yang mungkin menyebabkan banyak teori-teori komunikasi yang tidak pernah mencantumkan nama-nama besar dari cendikiawan-cendikiawan Islam (seperti Al Kindi, Al Farabi, dll) sebagai tokoh yang berjasa dalam mengembangkan komunikasi itu sendiri pada zaman pertengahan. Mungkin ini ada kaitannya dengan masa kegelapan (dark ages) yang terjadi di Eropah yang kala itu merupakan zaman keemasan peradaban Islam. Contoh peristiwa penting yaitu perang Salib yang terulang sebanyak enam kali. Hal ini tidak hanya menjadi ajang peperangan fisik, tetapi juga menyadarkan serdadu-serdadu eropah akan kemajuan negara-negara Islam yang sedemikian pesatnya. Sehingga mereka menyebarkan pengalaman-pengalaman mereka itu sekembalinya di negara masing-masing.

            Pada tahun1453 M, Istambul jatuh ke Turki, sehingga para pendeta atau sarjana mengungsi ke Itali atau negara-negara lain. Mereka inilah yang menjadi pionir-pionir perkembangan ilmu di Eropah. Padahal sebenarnya mereka ini mendapatkan pengetahuannya dari peradaban Islam yang telah maju lebih dulu. Mengenai perkembangan komunikasi yang lebih cenderung diklaim sebagai bagian dari perkembangan ilmu pengetahuan di Amerika dan Eropah, sebenarnya kembali pada pola pemikiran dari manfaat ilmu pengetahuan yang ditemukan. Pada dasarnya, orang Amerika dan Eropah cenderung untuk mematenkan suatu ciptaan, sedangkan pemikir-pemikir di Asia dan peradaban Timur tengah lebih cenderung kepada manfaat dari hasil temuannya itu. Padahal jelas, sejarah menceritakan secara gamblang bahwa peradaban yang sangat maju telah berlangsung lebih dulu di Cina dan Timur Tengah.

2.2 Pengertian Komunikasi

            Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia.

Onong Cahyana Effendi
“Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media)”

Harold Laswell
“Komunikasi adalah gambaran mengenai siapa, mengatakan apa, melalui media apa, kepada siapa, dan apa efeknya.”
Raymond Ross
“Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator”.
Gerald R. Miller
“Komunikasi terjadi saat satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan niat sadar untuk mempengaruhi perilaku mereka”.
Everett M. Rogers
“Komunikasi adalah proses suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu atau banyak penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”.
Carl I. Hovland
“Komunikasi adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya dengan menggunakan lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain”.
New Comb
“Komunikasi adalah transmisi informasi yang terdiri dari rangsangan diskriminatif dari sumber kepada penerima”.
Bernard Barelson & Garry A. Steiner
“Komunikasi adalah proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dsb”.
Colin Cherry
“Komunikasi adalah proses dimana pihak-pihak saling menggunakan informasi dengan untuk mencapai tujuan bersama dan komunikasi merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh penerus rangsangan dan pembangkitan balasannya”.
Hovland, Janis dan Kelley
“Komunikasi merupakan proses individu mengirim rangsangan (stimulus) yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain. Pada definisi ini mereka menganggap komunikasi sebagai suatu proses”.
Louis Forsdale
“Menurut Forsdale (1981), ahli komunikasi dan pendidikan “communication is the process by which a system is established, maintained and altered by means of shared signals that operate according to rules”. Komunikasi adalah suatu proses dimana suatu sistem dibentuk, dipelihara, dan diubah dengan tujuan bahwa sinyal-sinyal yang dikirimkan dan diterima dilakukan sesuai dengan aturan”.
Tujuan Komunikasi
Hewitt (1981), menjabarkan tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik sebagai berikut:
1. Mempelajari atau mengajarkan sesuatu
2. Mempengaruhi perilaku seseorang
3. Mengungkapkan perasaan
4. Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain
5. Berhubungan dengan orang lain
6. Menyelesaian sebuah masalah
7. Mencapai sebuah tujuan
8. Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik
9. Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orng lain
http://duniabaca.com/pengertian-atau-definisi-komunikasi.html
2.3 Komunikasi Islam
            Komunikasi Islam adalah proses penyampaian pesan-pesan keislaman dengan menggunakan prinsip-prinsip komunikasi dalam Islam. Dengan pengertian demikian, maka komunikasi Islam menekankan pada unsur pesan (message), yakni risalah atau nilai-nilai Islam, dan cara (how), dalam hal ini tentang gaya bicara dan penggunaan bahasa (retorika). Pesan-pesan keislaman yang disampaikan dalam komunikasi Islam meliputi seluruh ajaran Islam, meliputi akidah (iman), syariah (Islam), dan akhlak (ihsan).
            Soal cara (kaifiyah), dalam Al-Quran dan Al-Hadits ditemukan berbagai panduan agar komunikasi berjalan dengan baik dan efektif. Kita dapat mengistilahkannya sebagai kaidah, prinsip, atau etika berkomunikasi dalam perspektif Islam. Kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi kaum Muslim dalam melakukan komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersonal, interpersonal dalam pergaulan sehari hari, berdakwah secara lisan dan tulisan, maupun dalam aktivitas lain.
            Dalam berbagai literatur tentang komunikasi Islam kita dapat menemukan setidaknya enam jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam, yakni:
1)      Qaulan Sadida
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Qaulan Sadida –perkataan yang benar” (QS. 4:9)
Qaulan Sadidan berarti pembicaran, ucapan, atau perkataan yang benar, baik dari segi substansi (materi, isi, pesan) maupun redaksi (tata bahasa).
Dari segi substansi, komunikasi Islam harus menginformasikan atau menyampaikan kebenaran, faktual, hal yang benar saja, jujur, tidak berbohong, juga tidak merekayasa atau memanipulasi fakta.
2)      Qaulan Baligha
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha –perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.“ (QS An-Nissa :63).
Kata baligh berarti tepat, lugas, fasih, dan jelas maknanya. Qaulan Baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah (straight to the point), dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele. Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh mereka.
3)      Qaulan Ma’rufa
Kata Qaulan Ma`rufan disebutkan Allah dalam QS An-Nissa :5 dan 8, QS. Al-Baqarah:235 dan 263, serta Al-Ahzab: 32.
Qaulan Ma’rufa artinya perkataan yang baik, ungkapan yang pantas, santun, menggunakan sindiran (tidak kasar), dan tidak menyakitkan atau menyinggung perasaan. Qaulan Ma’rufa juga bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan (maslahat).
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya[268], harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Ma’rufa –kata-kata yang baik.” (QS An-Nissa :5)


4)      Qaulan Karima
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orangtuamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, seklai kali janganlah kamu mengatakan kepada kedanya perkatan ‘ah’ dan kamu janganlah membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Karima –ucapan yang mulia” (QS. Al-Isra: 23).
Qaulan Karima adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan bertatakrama. Dalam ayat tersebut perkataan yang mulia wajib dilakukan saat berbicara dengan kedua orangtua. Kita dilarang membentak mereka atau mengucapkan kata-kata yang sekiranya menyakiti hati mereka.

5)      Qaulan Layina
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan Qulan Layina –kata-kata yang lemah-lembut…” (QS. Thaha: 44).
Qaulan Layina berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud layina ialah kata kata sindiran, bukan dengan kata kata terus terang atau lugas, apalagi kasar.
6)      Qaulan Maysura
”Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura –ucapan yang mudah” (QS. Al-Isra: 28).
Qaulan Maysura bermakna ucapan yang mudah, yakni mudah dicerna, mudah dimengerti, dan dipahami oleh komunikan. Makna lainnya adalah kata-kata yang menyenangkan atau berisi hal-hal yang menggembirakan. Wallahu a’lam.

2.4 Etika Komunikasi Islam
            Allah Ta’ala berfirman: “Dan berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadapmereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri darisekitarmu,”.(Ali Imran ayat 159)

            Ayat ini sangat luas dan dalam maknanya, karena itu ketika menyelesaikan studi di fakultas ilmukomunikasi, ayat inilah yang mengilhami skripsi saya.Dari firman Allah ini, betapa besar dampaknyakomunikasi dalam tatanan hidup manusia sebagai mahluk sosial.Menurut pakar komunikasi 70% dalam24 jam, waktu manusia diisi dengan komunikasi.Begitu banyaknya waktu yang kita habiskan dalamkomunikasi. Salah komunikasi atau misscommunication akan mengakibatkan salah persepsi, atau dalambahasa gaulnya nggak nyambung.Faktor yang paling penting dalam berdakwah ialah komunikasi.maka sebagai muslim kita harus tahuetika berkomunikasi yang sesuai dengan ajaran Islam. Menurut penulis, rasullullah SAW adalahkomunikator yang hebat, setiap pesan yang beliau sampaikan pasti berkesan dihati para sahabat,bahkan dihati kaum kafir yang memusuhinya.
            Tiada agama yang paling sempurna kecuali Islam, siapapun apakah ia muslim atau kafir bila saja maumenggunakan akal untuk berpikir, pasti akan sampai pada kesimpulan yang sama. Bayangkan, Islamtidak hanya mengatur kehidupan akhirat, duniawi, teknologi, bahkan sampai hal-hal kecil pun sepertitata cara mandi, berpakaian, tidur diatur Islam, melalui sunnah rasullulah saw, uswatunhasanah bagikita. Islam juga banyak mengatur tata cara berkomunikasi. Sungguh beruntung kita ditakdirkan sebagaiseorang muslim, karena hidup kita mempunyai tuntunan yang lengkap dan menyeluruh. Lengkap karenakita memiliki Al Quran dan hadits sebagai sumber hukum yang paling otentik dan terpercaya.
            Rasululah SAW mengatakan, Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang dapat bermanfaat bagi oranglain, atau sebaik-baiknya manusia adalah orang yang sangat baik dengan tetangganya, dan banyaklagi hadits-hadits yang menyuruh kita untuk mencintai saudara kita sesama muslim seperti kitamencintai diri kita sendiri. Semua ini membuktikan betapa kita harus bisa berkomunikasi dengan nilai-nilai yang islami, hingga lisan kita tidak sampai menyakiti orang lain, bahkan sebaliknya setiap kata yangdiucapkan dapat menyejukkan hati.Allah berfirman,
”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu sekalian dari seorang laki-lakidan seorang perempuan serta menjadikan kamu sekalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supayakamu saling mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu sekalian di sisi Allahadalah yang paling takwa diantara kamu sekalian”. (Al Hujarat, : 13)

            Dari ayat ini, Allah menyuruh kitauntuk saling mengenal, mestipun berbeda suku, berbeda bangsa, berbeda budaya, berbeda warna kulit,sebagai manusia kita harus menjalin komunikasi yang baik. Selanjutnya Allah juga menegaskan yangpaling mulia di sisi Allah bukanlah yang paling kaya, paling cantik, paling pintar, paling popular dsbnya,namun yang paling mulia adalah manusia yang paling bertakwa kepada Allah SWT.Setiap manusia mempunyai karakter, sifat dan kepribadian yang berbeda. Meski anak yang lahir kembaridentik pun pasti memiliki sifat dan karakter yang tidak sama. Untuk itu Islam mengatur tata carabergaul yang benar, agar seseorang dapat bersinergi dengan orang lain meski mempunyai kepribadian ,sikap dan watak yang berbeda. Allah berfirman,
”Dan hamba-hamba Tuhan yang maha penyayang ituadalah orang-orang yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahilmenyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.”(Al Furqon: 63)

            Rendah hati (tawadhu) dan mengucapkan kata-kata yang baik (Qaulan Salaamah). Rendah hati adalahsifat yang sangat mulia, orang yang tawadhu akan tercermin dari sifat dan tingkah lakunya. Dalampergaulan orang yang tawadhu pasti disenangi, bila berkata sewajarnya, kepada yang lebih tuamenghormati, namun kepada yang lebih muda menyayangi. Orang seperti ini bila ditakdirkan jadipemimpin, ia akan tampil sebagai pemimpin yang amanah.Bila kita baca riwayat hidup rasullah, manusia yang dijamin masuk surga itu, sungguh rendah hatiterhadap keluarga, dan sahabat-sahabatnya. Beliau bersabda, Sesungguhnya Allah telah memberiwahyu kepadaku, yaitu kamu sekalian hendaklah bersikap tawadhu sehingga tidak ada seseorangbersikap sombong kepada yang lain, dan tidak ada seseorang menganiaya yang lain, (Hr Muslim). Dandalam riwayat lain Anas RA berkata, Bila ada budak di Madinah memegang tangan nabi SAW, makabeliau pergi mengikuti kemana budak itu menghendaki. (Hr Bukhari) Sungguh, sikap tawadhu benar-benar dicontohkan langsung oleh rasul, yang tidak membedakan status sosial kendati beliau adalah manusia yang paling mulia di dunia dan akhirat namun tetap menghargai seorang budak .Sebagai Muslim yang baik harus selalu menjaga setiap kata yang keluar dari mulutnya. Karena setiaplafaz yang kita ucapkan akan dipertanggungjawabkan diakhirat nanti.
            Dalam pergaulan Qaulan Salaamahterdiri dari beberapa aspek antara lain:Pertama : Qaulan Kariiman ( mulia) sebagai muslim kita harus berkata dengan kata-kata yang mulia,hindarilah kata-kata yang hina, seperti mengejek, mengolok-ngolok hingga menyakiti perasaan oranglain. Pepatah mengatakan, memang lidah tidak bertulang, tak terbatas kata-kata kendati lidah takbertulang, namun lidah bisa lebih tajam dari sembilu. Banyak orang bisa sembuh bila dilukai denganpedang, namun bila dilukai dengan lidah, sakitnya akan terbawa sampai mati. Hati-hati dengan perkataan, bila ingin bergurau tetap jaga lisan dari kata-kata yang menyakiti, bergurau dan bergaulharus tetap dengan kata-kata yang mulia.Kedua : Qaulan marufan ( baik) Berkatalah yang baik atau diam itu pesan rasullulah kepadaummatnya. Sebagai muslim yang beriman lisan harus terjaga dari perkataan yang sia-sia, apapun yangdiucapkannya harus selalu mengandung nasehat, menyejukkan hati bagi orang yang mendengarnya.Jangan biarkan lisan ini mencari-cari kejelekan orang lain.
            Hindari kata-kata yang hanya bisa mengkritikatau mencari kesalahan orang lain, memfitnah, menghasut. Sungguh, perbuatan yang sangat hina,hingga Allah berfirman dalam surat Al Hujarat ayat 12, seumpama orang yang memakan bangkaitemannya sendiri. Sungguh sangat menjijikkan.Ketiga : Qaulan Syadidan ( lurus dan benar). Seorang muslim berkata harus benar, jujur jangan berdusta.Karena sekali kita berkata dusta, selanjutnya kita akan berdusta untuk menutupi dusta kita yangpertama, begitu seterusnya, sehingga bibir kita pun selalu berbohong tanpa merasa berdosa. Siapapuntak ingin dibohongi, seorang istri akan sangat sakit hatinya bila ketahuan suaminya berbohong, begitu juga sebaliknya. Rakyat pun akan murka bila dibohongi pemimpinnya. Juga tidak kalah penting dalammenyampaikan kebenaran, adalah keberanian untuk bicara tegas, jangan ragu dan takut, apalagi jelasdasar hukumnya Al Quran dan hadits. Katakanlah kebenaran itu, meskipun sangat menyakitkan, pesanRasullulah ini, sejatinya mrnguatkan kita dalam menghadapi resiko yang apa pun yang akan kita hadapidalam berdakwah.Keempat : Qaulan Balighan (tepat) sebagai orang yang bijak bila berdakwah kita harus melihat stuasi dankondisi yang tepat dan menyampaikan dengan kata-kata yang tepat. Bila bicara dengan anak-anak kitaharus berkata sesuai dengan pikiran mereka, bila dengan remaja kita harus mengerti dunia mereka.Jangan kita berdakwah tentang teknologi nuklir dihadapan jamaah yang berusia lanjut tentu sangat tidaktepat sasaran, malah membuat mereka semakin bingung..Kelima : Qaulan Layyinan ( lemah lembut), maksudnya tidak mengeraskan suara, seperti membentak,meninggikan suara. Siapapun tidak suka bila berbicara dengan orang-orang yang kasar.Rasullulah selalubertuturkata dengan lemah lembut, hingga setiap kata yang beliau ucapkan sangat menyentuh hatisiapapun yang mendengarnya. Seperti ayat pembuka diatas Allah melarang bersikap keras dan kasardalam berdakwah, karena kekerasan akan mengakibatkan dakwah tidak akan berhasil malah ummatakan menjauh.
            Dalam berdoa pun Allah memerintahkan agar kita memohon dengan lemahlembut ”Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lemahlembut, sungguh Allah tidakmenyukai orang-orang yang melampaui batas,” (Al A’raaf ayat 55)
            Demikian Allah mengajarkan kepada kita, dalam menjalin komunikasi, khususnya dengan saudara kitasesama muslim. Yakinlah bila tuntunan ini kita praktekkan dalam kehidupan baik di dalam rumahtangga,maupun di masyarakat. Dimana pun kita berada insyaAllah, semuanya akan terasa indah. Karena muslimyang beriman keberadaannya akan selalu disenangi, kata-katanya menyejukkan hati siapapun yang mendengarnya.

 



Contoh membuat karya tulis ilmiah Bab I

KATA PENGANTAR

            Puji Syukur penulis panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karuniaNyalah, karyailmiah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia, dengan judul komunikasi islam.             Dengan membuat tugas ini penulis diharapkan mampu untuk lebih mengenal tentangkonukasi islam. Dalam penyelesaian karya ilmiah ini, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Karena itu, sudah sepantasnya jika penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Dosen Bahasa Indonesia, Ibu Ririn Sri Kuntorini,Dra. yang tidak lelah membimbing penulis dan memberikan arahan kepada penulis.
2.      Orang Tua dan keluarga kami tercinta yang banyak memberikan motivasi dan dorongan serta bantuan, baik secara moral maupun spiritual.
3.      Narasumber terpecaya dalam penelitian ini yang sudah banyak membantu.
4.      Penulisan karya ilmiah ini masih banyak kekurangannya maka penulis kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan karya ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
5.      Harapan penulis, semoga karya ilmiah yang sederhana ini, dapat memberi kesadaran tersendiri bagi generasi muda bahwa kita juga harus mengetahui komunikasi islam, karena kita adalah bagian dari keluarga besar bangsa Indonesia.

Bandung, Januari 2012


                                                                                Penulis




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
      Pada dasarnya hakikat komunikasi itu adalah segala bentuk hubungan yang terjadi dikalangan manusia. Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Setiap orang yang hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai tidur kembali, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Dalam sebuah penelitian diungkapkan, 50% hingga 70% waktu bangun manusia digunakan untuk berkomunikasi. Sehingga komunikasi menjadi penentu kualitas hidup manusia. Demikian luasnya komunikasi dalam interaksi sesama manusia, sehingga terindikasikan bahwa komunikasi memang sangat penting dalam kehidupan. Bahkan komunikasi merupakan kepentingan yang paling azasi sebagaimana pentingnya makanan, tempat tinggal dalam kehidupan sehari-hari.
      Ilmu komunikasi, apabila diaplikasikan secara benar akan mampu mencegah dan menghilangkan konflik antarpribadi, antarkelompok, antarsuku, antaragama dan antarras, membina kesatuan dan persatuan umat manusia penghuni bumi. Karena manusia tidak bisa hidup sendirian. Ia secara kodrati harus hidup bersama-sama dengan manusia lain, baik demi kelangsungan hidupnya, keamanan hidupnya, maupun demi keturunannya. Jelasnya manusia harus hidup bermasyarakat.

      Banyak aspek komunikasi telah berubah termasuk unsur-unsur lama telah banyak bergeser. Juga teori jurnalisme, sistem-sistem media atau teori media yang ada di dunia ini telah terimbas oleh keberadaan era dunia maya. Yang mengakibatkan terjadinya pergeseran konseptual juga menimpa aspek etika, aspek kebebasan, aspek hukum dan aspek bisnis media sebagai akibat keberadaan era dunia maya. Sudah tentu ada pula imbasnya pada sistem komunikasi religius termasuk dalam prespektif islam.
      Oleh karena itu bagaimana pula kaitan pengertian komunikasi secara umum dengan komunikasi Islam. Mengenai teori atau perspektif Komunikasi Islami (Islam) hampir tidak ada buku ilmu komunikasi atau ilmu sosial membahasnya. Kalaupun ada hanya disinggung sepintas dan hanya satu atau dua aspeknya saja. Padahal jumlah penganutnya sangat besar, berkisar satu miliar orang diseluruh dunia. Juga jumlah negara Islam atau yang penduduknya mayoritas Islam cukup banyak. Syukur Kholil dalam buku Antologi Kajian Islam menyebutkan “Komunikasi Islam merupakan bidang kajian baru yang menarik perhatian sebahagian akademisi diberbagai perguruan tinggi. Keinginan untuk melahirkan komunikasi Islam muncul akibat falsafah, pendekatan teoritis dan penerapan ilmu komunikasi yang berasal dari barat tidak sepenuhnya sesuai dengan nilai-nilai Islam dan kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat Islam. Karena itu, timbul keinginan untuk mengkaji kembali berbagai aspek ilmu komunikasi menurut perspektif agama Islam, budaya dan cara hidup umat Islam”.

Dengan munculnya istilah “Etika Komunikasi Islam”. Maka secara sederhana kita akan mengatakan bahwa ada Etika komunikasi selain Islam atau sering juga disebut “Etika Umum (Barat)”. Bahkan bukan hanya sekedar alasan seperti, pertumbuhan dan perkembangan komunikasi yang selama ini selalu dirujuk kepada paradigma Barat, dianggap kurang representatif terhadap kelangsungan proses interaksi manusia kearah yang lebih harmonis, meskipun alasan ini masih membuka ruang untuk dibantah dengan paradigma etika masyarakat yang variatif – subjekif. Kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi kaum Muslim dalam melakukan komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersonal, interpersonal dalam pergaulan sehari hari, berdakwah secara lisan dan tulisan, maupun dalam aktivitas lain.
Dalam berbagai literatur tentang komunikasi Islam kita dapat menemukan setidaknya enam jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam, yakni (1) Qaulan Sadida, (2) Qaulan Baligha, (3) Qulan Ma’rufa, (4) Qaulan Karima, (5) Qaulan Layinan, dan (6)QaulanMaysura.

1.2  Identifikasi Masalah
            Melihat dari banyaknya pengertian komunikasi,saya menarik masalah yaitu :
a.       Kenapa manusia perlu berkomunikasi ?
b.      Bagaimana etika komunikasi islam saat ini ?

1.3  Tujuan Pengkajian
      Untuk memenuhi kebutuhan nilai dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di fikom Unisba
1.4  Ruang Lingkup Kajian
      Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Jika orang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain niscaya ia akan merasa terisolasi dari masyarakatnya. Pengaruh dari keterisolasian ini akan menimbulkan depresi mental yang pada akhirnya membawa orang kehilangan keseimbangan jiwa. Oleh sebab itu menurut Dr. Everett Kleinjan dari East West Center Hawaii, komunikasi sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas. Sepenjang manusia ingin hidup maka ia perlu berkomunikasi.
      Profesor Wilbur Schramm menyebut bahwa komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi (Schramm; 1982)
      Menurut teori dasar Biologi manusia ingin berkomunikasi dengan manusia lainnya itu karena adanya dua kebutuhan, yakni kebutuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

      Etika, norma, moral dan akhlak memiliki banyak persamaan. Ketiganya selalu berkaitan dengan tingkah laku atau perbuatan yang selayaknya diadopsi dan ditinggalkan masyarakat, dan mempunyai nilai baik dan buruknya ditengah-tengah masyarakat. Dilihat dari segi fungsi dan perannya, dapat dikatakan bahwa etika adalah menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan seseorang untuk di tentukan baik dan buruknya. Dengan kata lain etika menghendaki terciptanya masyarakat yang baik, teratur,aman, damai, tenteram dan sejahtera lahir dan batin. Satu hal yang perlu diperhatikan, sehingga membedakannya dengan istilah-istilah moral dan akhlak adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruknya. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan kepada pendapat akal pikiran dan lebih banyak bersifat teoritis dan pada moral lebih didasarkan pada kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat dan bersifat praktis, sedangkan pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk adalah Alquran dan Al-hadis.
      Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa etika dan moral merupakan produk akal dan budaya masyarakat yang secara selektif diakui berguna dan baik dalam kehidupan manusia. Dan pada sisi lain, akhlak juga memberikan batasan-batasan umum dan universal, agar ketentuan yang terdapat dalam etika dan moral tidak bertentangan dengan nilai-nilai luhur dan tidak membawa manusia ke jalan yang sesat.


1.5  Postulat dan Hipotesis
      Komunikasi Islam adalah proses penyampaian pesan-pesan keislaman dengan menggunakan prinsip-prinsip komunikasi dalam Islam. Dengan pengertian demikian, maka komunikasi Islam menekankan pada unsur pesan (message), yakni risalah atau nilai-nilai Islam, dan cara (how), dalam hal ini tentang gaya bicara dan penggunaan bahasa (retorika). Pesan-pesan keislaman yang disampaikan dalam komunikasi Islam meliputi seluruh ajaran Islam, meliputi akidah (iman), syariah (Islam), dan akhlak (ihsan).
Soal cara (kaifiyah), dalam Al-Quran dan Al-Hadits ditemukan berbagai panduan agar komunikasi berjalan dengan baik dan efektif. Kita dapat mengistilahkannya sebagai kaidah, prinsip, atau etika berkomunikasi dalam perspektif Islam.
      Kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi kaum Muslim dalam melakukan komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersonal, interpersonal dalam pergaulan sehari hari, berdakwah secara lisan dan tulisan, maupun dalam aktivitas lain.
Penelitian ini dilakukan berakar dari keyakinan penulis setelah cukup melakukan pengenalan secara meluas terhadap masalah yang diangkat. Adapun keyakinan atau hipotesis tersebut adalah “Kurangya pemahaman masyarakat terhadap etika berkomunikasi islam di Indonesia yang sering terjadi”
1.6  Cara Memperoleh Data
       Data diperoleh dari sumber pengetahuan yaitu internet, buku, dan narasumber internet : www.google.com, www.wikipedia.com                                                 buku pengertian komunikasi serta etika berkomunikasi                                        narasumber hasil dari answer yahoo

1.7  Sistematika Penulisan
            Pada karya ilmiah ini, akan dijelaskan hasil penelitian dimulai dengan bab pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan pengkajian, ruang lingkup kajian, postulat dan hipotesis, cara memporeh data, dan sistematika penulisan. Dilanjutkan dengan bab ke dua yang berisi tentang kerangka teoritis yang terdiri dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa tokoh ahli.
            Bab berikutnya, membahas secara keseluruhan tentang masalah yang diangkat, yaitu tentang komunikasi islam. Termasuk didalamnya biodata dari para narasumber kami. Bab keempat merupakan bab penutup dalam karya ilmiah ini. Pada bagian ini, penulis menyimpulkan uraian yang sebelumnya sudah disampaikan, dan memberi saran mengenai apa yang baiknya kita lakukan agar tetap memahami komunikasi islam yang baik dan benar di indonseia.






.