BAB II
PEMERIAN MASALAH
2.1 Sejarah
Ilmu Komunikasi
Perkembangan
komunikasi sebagai ilmu selalu dikaitkan dengan aktifitas retorika yang terjadi
di zaman Yunani kuno, sehingga menimbulkan pemahaman bagi pemikir-pemikir barat
bahwa perkembangan komunikasi pada zaman itu mengalami masa kegelapan (dark
ages) karena tidak berkembang di zaman Romawi kuno. Dan baru mulai dicatat
perkembangannya pada masa ditemukannya mesin cetak oleh Guttenberg (1457).
Sehingga masalah yang muncul adalah, rentang waktu antara perkembangan ilmu
komunikasi yang awalnya dikenal retorika pada masa Yunani kuno, sampai pada
pencatatan sejarah komunikasi pada masa pemikiran tokoh-tokoh pada abad 19,
sangat jauh. Sehingga sejarah perkembangan ilmu komunikasi itu sendiri terputus
kira-kira 1400 tahun. Padahal menurut catatan lain, sebenarnya aktifitas
retorika yang dilakukan pada zaman Yunani kuno juga dilanjutkan perkembangan
aktifitasnya pada zaman pertengahan (masa persebaran agama). Sehingga
menimbulkan asumsi bahwa perkembangan komunikasi itu menjadi sebuah ilmu tidak
pernah terputus, artinya tidak ada mata rantai sejarah yang hilang pada
perkembangan komunikasi.
Telah
disinggung di atas bahwa fenomena komunikasi berkembang dan tercatat kembali
pada awal ditemukannya mesin cetak oleh Gutenberg (1457). Padahal, pada
abad-abad sebelumnya, aktifitas komunikasi sudah berkembang cukup pesat yang
berlangsung di zaman pertengahan (persebaran agama). Mungkin masa ketika diketemukannya mesin cetak itu sendiri
terjadi di zaman renaissance, dimana pemikiran-pemikiran ilmuwan telah bebas
dari dogma-dogma agama. Sehingga mereka tidak menyinggung masa persebaran agama
sebagai bagian dari sejarah perkembangan komunikasi itu sendiri. Rentang waktu
antara tahun 500 SM (masa-masa pemikiran retorika di Yunani kuno) sampai pada
penemuan mesin cetak (1457 M) merupakan abad-abad dimana terdapat proses
perkembangan komunikasi yang dalam hal ini berbentuk ajaran dan keyakinan
suatau agama (yang tentu pula tidak dapat dipungkiri bahwa dalam aktifitas
persebaran ajaran agama, retorika dan bentuk komunikasi lainnya cenderung
berperan besar dalam mengubah keyakinan seseorang). Sehingga tidak menyalahi
aturan kalau makalah ini mencoba mengangkat masa penyebaran agama dan
ajaran-ajaran bijak yang berlangsung antara rentang waktu tersebut dijadikan
sebagai bagian dari mata rantai sejarah yang hilang dari perkembangan ilmu
komunikasi itu. Pada awalnya perkembangan komunikasi yang
terjadi di zaman Romawi (sebagai perkembangan dari Yunani kuno sekitar tahun 500
SM-5 M) mengalami kendala, karena pada masa itu Romawi mengalami masa kegelapan
(dark ages). Padahal, masa kegelapan yang terjadi di Eropah ini merupakan sisi
lain dari masa keemasan peradaban Islam, dimana pada masa ini perkembangan ilmu
pengetahuan (termasuk aktifitas komunikasi) cukup signifikan. Selain itu,
perkembangan komunikasi juga sangat maju pesat di Cina yang telah dimulai pada
tahun 550 SM. Memang, aktifitas komunkasi dalam bentuk retorika yang
berlangsung di Cina dan Islam ini lebih menekankan pada penyebaran ajaran dan
keyakinan. Berbeda di Yunani dan Romawi yang lebih bersifat politis. Salah satu
ajaran yang berkembang yaitu ajaran konfusiunisme di Cina. Kong hu Cu (bagian
dari konfusianisme) lahir pada sekitar 550 SM yang ajarannya telah berusia 2000
tahun. Konfusius mulai mengajarkan filsafat hidupnya ketika Cina masih
terpecah-pecah. Dalam penyebarannya, komunikasi yang dilakukan sudah sangat
maju setelah ditemukannya kertas oleh Ts’ai Lun (105 M). Namun, ketika dinasti
Qin (215 SM-206 SM), kaisar Qin Shi Hung melarang ajaran Konfusianisme,
sehingga banyak buku-buku yang dibakar. Namun, ketika masa dinasti Han (206
SM-220 M), konfusianisme mulai mencapai masa emasnya kembali. Misalnya dengan
didirikannya semacam Imperial University yang meninggalkan kitab-kitab ajaran
konfusianisme seperti kitab Shi Ching (kumpulan lagu-lagu), Shu Ching
(dokumen-dokumen), I Ching (buku ahli ramalan), Ch’un Ch’iu (peristiwa
penting), dan Li Chi (upacara-upacara). Konfusianisme ini berlangsung cukup
lama sampai pada masa jatuhnya dinasti Ching (1644-1911). Hal ini
mengidentifikasikan bahwa adanya proses perkembangan komunikasi yang lebih
condong pada penyebaran ajaran-ajaran konfusianisme di Cina.
Melihat
uraian sejarah perkembangan komunikasi di zaman pertengahan di atas, timbullah
satu pertanyaan, mengapa aktifitas retorika dalam kaitannya dakwah yang terjadi
di zaman pertengahan tidak dijadikan bagian dari mata rantai sejarah
perkembangn komunikasi oleh para pemikir-pemikir barat? Untuk menjawab
pertanyaan ini, mari kita lihat fase-fase perkembangn ilmu itu sendiri dari
zaman ke zaman. Ilmu berkembang, pertama kali pada masa Yunani kuno. Lalu
dilanjutkan pada zaman pertengahan (yang sebenarnya adalah masa-masa persebaran
agama). Telah disinggung di atas, contoh persebaran agama yang diambil adalah
Islam yang memang berlangsung pada zaman pertengahan. Lalu ilmu berkembang lagi
pada zaman renaissance (14-17 M), dimana kebanyakan pemikiran tokoh-tokoh pada
abad ini sudah bebas dan tidak terikat lagi oleh dogma-dogma agama. Sebut saja
seperti Isaac Newton dan Darwin. Zaman ini merupakan zaman peralihan dari zaman
pertengahan menuju zaman modern. Ketika di zaman modern, ilmu-ilmu yang
berkembang itu lebih didasari oleh pemikiran-pemikiran yang ilmiah dan empiris.
Seperti Darwin yang sangat fanatik dengan teori evolusinya. Inilah yang mungkin
menyebabkan banyak teori-teori komunikasi yang tidak pernah mencantumkan
nama-nama besar dari cendikiawan-cendikiawan Islam (seperti Al Kindi, Al
Farabi, dll) sebagai tokoh yang berjasa dalam mengembangkan komunikasi itu
sendiri pada zaman pertengahan. Mungkin ini ada kaitannya dengan masa kegelapan
(dark ages) yang terjadi di Eropah yang kala itu merupakan zaman keemasan
peradaban Islam. Contoh peristiwa penting yaitu perang Salib yang terulang
sebanyak enam kali. Hal ini tidak hanya menjadi ajang peperangan fisik, tetapi
juga menyadarkan serdadu-serdadu eropah akan kemajuan negara-negara Islam yang
sedemikian pesatnya. Sehingga mereka menyebarkan pengalaman-pengalaman mereka
itu sekembalinya di negara masing-masing.
Pada
tahun1453 M, Istambul jatuh ke Turki, sehingga para pendeta atau sarjana
mengungsi ke Itali atau negara-negara lain. Mereka inilah yang menjadi
pionir-pionir perkembangan ilmu di Eropah. Padahal sebenarnya mereka ini
mendapatkan pengetahuannya dari peradaban Islam yang telah maju lebih dulu.
Mengenai perkembangan komunikasi yang lebih cenderung diklaim sebagai bagian
dari perkembangan ilmu pengetahuan di Amerika dan Eropah, sebenarnya kembali
pada pola pemikiran dari manfaat ilmu pengetahuan yang ditemukan. Pada
dasarnya, orang Amerika dan Eropah cenderung untuk mematenkan suatu ciptaan,
sedangkan pemikir-pemikir di Asia dan peradaban Timur tengah lebih cenderung
kepada manfaat dari hasil temuannya itu. Padahal jelas, sejarah menceritakan
secara gamblang bahwa peradaban yang sangat maju telah berlangsung lebih dulu
di Cina dan Timur Tengah.
2.2 Pengertian Komunikasi
Kata
atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),secara
etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus,
dan perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam kata communis
ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha
yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Komunikasi secara
terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh
seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang
terlibat dalam komunikasi adalah manusia.
Onong Cahyana Effendi
“Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain
untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan
(langsung) ataupun tidak langsung (melalui media)”
Harold Laswell
“Komunikasi adalah gambaran mengenai siapa, mengatakan apa, melalui media apa,
kepada siapa, dan apa efeknya.”
Raymond Ross
“Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol
sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan respons/ makna dari
pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator”.
Gerald R. Miller
“Komunikasi terjadi saat satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan
niat sadar untuk mempengaruhi perilaku mereka”.
Everett M. Rogers
“Komunikasi adalah proses suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu atau
banyak penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”.
Carl I. Hovland
“Komunikasi adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan
rangsangan (biasanya dengan menggunakan lambang verbal) untuk mengubah perilaku
orang lain”.
New Comb
“Komunikasi adalah transmisi informasi yang terdiri dari rangsangan
diskriminatif dari sumber kepada penerima”.
Bernard Barelson & Garry A. Steiner
“Komunikasi adalah proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan
sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka,
dsb”.
Colin Cherry
“Komunikasi adalah proses dimana pihak-pihak saling menggunakan informasi
dengan untuk mencapai tujuan bersama dan komunikasi merupakan kaitan hubungan
yang ditimbulkan oleh penerus rangsangan dan pembangkitan balasannya”.
Hovland, Janis dan Kelley
“Komunikasi merupakan proses individu mengirim rangsangan (stimulus) yang
biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain. Pada
definisi ini mereka menganggap komunikasi sebagai suatu proses”.
Louis Forsdale
“Menurut Forsdale (1981), ahli komunikasi dan pendidikan “communication is the
process by which a system is established, maintained and altered by means of
shared signals that operate according to rules”. Komunikasi adalah suatu proses
dimana suatu sistem dibentuk, dipelihara, dan diubah dengan tujuan bahwa
sinyal-sinyal yang dikirimkan dan diterima dilakukan sesuai dengan aturan”.
Tujuan Komunikasi
Hewitt (1981), menjabarkan tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik
sebagai berikut:
1. Mempelajari atau mengajarkan sesuatu
2. Mempengaruhi perilaku seseorang
3. Mengungkapkan perasaan
4. Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain
5. Berhubungan dengan orang lain
6. Menyelesaian sebuah masalah
7. Mencapai sebuah tujuan
8. Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik
9. Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orng lain
http://duniabaca.com/pengertian-atau-definisi-komunikasi.html
2.3 Komunikasi Islam
Komunikasi
Islam adalah proses penyampaian pesan-pesan keislaman dengan menggunakan
prinsip-prinsip komunikasi dalam Islam. Dengan pengertian demikian, maka
komunikasi Islam menekankan pada unsur pesan (message), yakni risalah
atau nilai-nilai Islam, dan cara (how), dalam hal ini tentang gaya
bicara dan penggunaan bahasa (retorika). Pesan-pesan keislaman yang disampaikan
dalam komunikasi Islam meliputi seluruh ajaran Islam, meliputi akidah (iman),
syariah (Islam), dan akhlak (ihsan).
Soal
cara (kaifiyah), dalam Al-Quran dan Al-Hadits ditemukan berbagai panduan
agar komunikasi berjalan dengan baik dan efektif. Kita dapat mengistilahkannya
sebagai kaidah, prinsip, atau etika berkomunikasi dalam perspektif Islam.
Kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi kaum
Muslim dalam melakukan komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersonal,
interpersonal dalam pergaulan sehari hari, berdakwah secara lisan dan tulisan,
maupun dalam aktivitas lain.
Dalam
berbagai literatur tentang
komunikasi Islam kita dapat menemukan setidaknya
enam jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan sebagai
kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam, yakni:
1)
Qaulan
Sadida
“Dan
hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan Qaulan Sadida –perkataan yang benar” (QS. 4:9)
Qaulan Sadidan berarti pembicaran,
ucapan, atau perkataan yang benar, baik dari segi substansi (materi, isi,
pesan) maupun redaksi (tata bahasa).
Dari
segi substansi, komunikasi Islam harus menginformasikan atau menyampaikan
kebenaran, faktual, hal yang benar saja, jujur, tidak berbohong, juga tidak
merekayasa atau memanipulasi fakta.
2)
Qaulan Baligha
“Mereka
itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka.
karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan
katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha –perkataan yang berbekas pada jiwa
mereka.“ (QS
An-Nissa :63).
Kata
baligh berarti tepat, lugas, fasih, dan jelas maknanya. Qaulan
Baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran,
komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah (straight to the
point), dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele. Agar komunikasi tepat
sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah disesuaikan dengan
kadar intelektualitas komunikan dan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh
mereka.
3) Qaulan Ma’rufa
Kata
Qaulan Ma`rufan disebutkan Allah dalam QS An-Nissa :5 dan 8, QS.
Al-Baqarah:235 dan 263, serta Al-Ahzab: 32.
Qaulan
Ma’rufa artinya perkataan yang baik, ungkapan yang pantas,
santun, menggunakan sindiran (tidak kasar), dan tidak menyakitkan atau
menyinggung perasaan. Qaulan Ma’rufa juga bermakna pembicaraan yang
bermanfaat dan menimbulkan kebaikan (maslahat).
“Dan janganlah kamu serahkan kepada
orang-orang yang belum sempurna akalnya[268], harta (mereka yang ada dalam
kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka
belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan
Ma’rufa –kata-kata yang baik.” (QS An-Nissa :5)
4) Qaulan Karima
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan
supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada
kedua orangtuamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya
atau kedua duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, seklai kali
janganlah kamu mengatakan kepada kedanya perkatan ‘ah’ dan kamu janganlah
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Karima –ucapan yang mulia”
(QS. Al-Isra: 23).
Qaulan Karima adalah perkataan yang mulia,
dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan
bertatakrama. Dalam ayat tersebut perkataan yang mulia wajib dilakukan saat
berbicara dengan kedua orangtua. Kita dilarang membentak mereka atau mengucapkan
kata-kata yang sekiranya menyakiti hati mereka.
5)
Qaulan
Layina
“Maka berbicaralah kamu berdua
kepadanya dengan Qulan Layina –kata-kata yang lemah-lembut…” (QS. Thaha:
44).
Qaulan Layina berarti pembicaraan yang
lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga
dapat menyentuh hati. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud
layina ialah kata kata sindiran, bukan dengan kata kata terus terang
atau lugas, apalagi kasar.
6)
Qaulan
Maysura
”Dan jika kamu berpaling dari mereka
untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan, maka katakanlah
kepada mereka Qaulan Maysura –ucapan yang mudah” (QS. Al-Isra: 28).
Qaulan Maysura bermakna ucapan yang mudah, yakni
mudah dicerna, mudah dimengerti, dan dipahami oleh komunikan. Makna lainnya
adalah kata-kata yang menyenangkan atau berisi hal-hal yang menggembirakan. Wallahu
a’lam.
2.4 Etika Komunikasi Islam
Allah
Ta’ala berfirman: “Dan berkat rahmat
Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadapmereka. Sekiranya engkau
bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
darisekitarmu,”.(Ali Imran ayat 159)
Ayat ini sangat luas dan dalam
maknanya, karena itu ketika menyelesaikan studi di fakultas ilmukomunikasi,
ayat inilah yang mengilhami skripsi saya.Dari firman Allah ini, betapa besar
dampaknyakomunikasi dalam tatanan hidup manusia sebagai mahluk sosial.Menurut
pakar komunikasi 70% dalam24 jam, waktu manusia diisi dengan komunikasi.Begitu
banyaknya waktu yang kita habiskan dalamkomunikasi. Salah komunikasi atau
misscommunication akan mengakibatkan salah persepsi, atau dalambahasa gaulnya
nggak nyambung.Faktor yang paling penting dalam berdakwah ialah
komunikasi.maka sebagai muslim kita harus tahuetika berkomunikasi yang sesuai dengan
ajaran Islam. Menurut penulis, rasullullah SAW adalahkomunikator yang hebat,
setiap pesan yang beliau sampaikan pasti berkesan dihati para sahabat,bahkan
dihati kaum kafir yang memusuhinya.
Tiada agama yang paling sempurna
kecuali Islam, siapapun apakah ia muslim atau kafir bila saja maumenggunakan
akal untuk berpikir, pasti akan sampai pada kesimpulan yang sama. Bayangkan,
Islamtidak hanya mengatur kehidupan akhirat, duniawi, teknologi, bahkan sampai
hal-hal kecil pun sepertitata cara mandi, berpakaian, tidur diatur Islam,
melalui sunnah rasullulah saw, uswatunhasanah bagikita. Islam juga banyak
mengatur tata cara berkomunikasi. Sungguh beruntung kita ditakdirkan
sebagaiseorang muslim, karena hidup kita mempunyai tuntunan yang lengkap dan menyeluruh.
Lengkap karenakita memiliki Al Quran dan hadits sebagai sumber hukum yang
paling otentik dan terpercaya.
Rasululah SAW mengatakan, Sebaik-baiknya
manusia adalah orang yang dapat bermanfaat bagi oranglain, atau sebaik-baiknya
manusia adalah orang yang sangat baik dengan tetangganya, dan banyaklagi
hadits-hadits yang menyuruh kita untuk mencintai saudara kita sesama muslim
seperti kitamencintai diri kita sendiri. Semua ini membuktikan betapa kita
harus bisa berkomunikasi dengan nilai-nilai yang islami, hingga lisan kita
tidak sampai menyakiti orang lain, bahkan sebaliknya setiap kata yangdiucapkan
dapat menyejukkan hati.Allah berfirman,
”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu sekalian
dari seorang laki-lakidan seorang perempuan serta menjadikan kamu sekalian
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supayakamu saling mengenal, sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu sekalian di sisi Allahadalah yang paling
takwa diantara kamu sekalian”.
(Al Hujarat, : 13)
Dari ayat ini, Allah menyuruh kitauntuk
saling mengenal, mestipun berbeda suku, berbeda bangsa, berbeda budaya, berbeda
warna kulit,sebagai manusia kita harus menjalin komunikasi yang baik.
Selanjutnya Allah juga menegaskan yangpaling mulia di sisi Allah bukanlah yang
paling kaya, paling cantik, paling pintar, paling popular dsbnya,namun yang
paling mulia adalah manusia yang paling bertakwa kepada Allah SWT.Setiap
manusia mempunyai karakter, sifat dan kepribadian yang berbeda. Meski anak yang
lahir kembaridentik pun pasti memiliki sifat dan karakter yang tidak sama.
Untuk itu Islam mengatur tata carabergaul yang benar, agar seseorang dapat
bersinergi dengan orang lain meski mempunyai kepribadian ,sikap dan watak yang
berbeda. Allah berfirman,
”Dan hamba-hamba Tuhan yang maha
penyayang ituadalah orang-orang yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati
dan apabila orang-orang jahilmenyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang
baik.”(Al Furqon: 63)
Rendah hati (tawadhu) dan
mengucapkan kata-kata yang baik (Qaulan Salaamah). Rendah hati adalahsifat yang
sangat mulia, orang yang tawadhu akan tercermin dari sifat dan tingkah lakunya.
Dalampergaulan orang yang tawadhu pasti disenangi, bila berkata sewajarnya,
kepada yang lebih tuamenghormati, namun kepada yang lebih muda menyayangi.
Orang seperti ini bila ditakdirkan jadipemimpin, ia akan tampil sebagai
pemimpin yang amanah.Bila kita baca riwayat hidup rasullah, manusia yang
dijamin masuk surga itu, sungguh rendah hatiterhadap keluarga, dan sahabat-sahabatnya.
Beliau bersabda, Sesungguhnya Allah telah memberiwahyu kepadaku, yaitu kamu
sekalian hendaklah bersikap tawadhu sehingga tidak ada seseorangbersikap
sombong kepada yang lain, dan tidak ada seseorang menganiaya yang lain, (Hr
Muslim). Dandalam riwayat lain Anas RA berkata, Bila ada budak di Madinah
memegang tangan nabi SAW, makabeliau pergi mengikuti kemana budak itu
menghendaki. (Hr Bukhari) Sungguh, sikap tawadhu benar-benar dicontohkan
langsung oleh rasul, yang tidak membedakan status sosial kendati beliau adalah manusia
yang paling mulia di dunia dan akhirat namun tetap menghargai seorang budak
.Sebagai Muslim yang baik harus selalu menjaga setiap kata yang keluar dari
mulutnya. Karena setiaplafaz yang kita ucapkan akan dipertanggungjawabkan
diakhirat nanti.
Dalam pergaulan Qaulan
Salaamahterdiri dari beberapa aspek antara lain:Pertama : Qaulan Kariiman (
mulia) sebagai muslim kita harus berkata dengan kata-kata yang mulia,hindarilah
kata-kata yang hina, seperti mengejek, mengolok-ngolok hingga menyakiti
perasaan oranglain. Pepatah mengatakan, memang lidah tidak bertulang, tak
terbatas kata-kata kendati lidah takbertulang, namun lidah bisa lebih tajam
dari sembilu. Banyak orang bisa sembuh bila dilukai denganpedang, namun bila
dilukai dengan lidah, sakitnya akan terbawa sampai mati. Hati-hati dengan perkataan,
bila ingin bergurau tetap jaga lisan dari kata-kata yang menyakiti, bergurau
dan bergaulharus tetap dengan kata-kata yang mulia.Kedua : Qaulan marufan (
baik) Berkatalah yang baik atau diam itu pesan rasullulah kepadaummatnya.
Sebagai muslim yang beriman lisan harus terjaga dari perkataan yang sia-sia,
apapun yangdiucapkannya harus selalu mengandung nasehat, menyejukkan hati bagi
orang yang mendengarnya.Jangan biarkan lisan ini mencari-cari kejelekan orang
lain.
Hindari kata-kata yang hanya bisa
mengkritikatau mencari kesalahan orang lain, memfitnah, menghasut. Sungguh,
perbuatan yang sangat hina,hingga Allah berfirman dalam surat Al Hujarat ayat
12, seumpama orang yang memakan bangkaitemannya sendiri. Sungguh sangat
menjijikkan.Ketiga : Qaulan Syadidan ( lurus dan benar). Seorang muslim berkata
harus benar, jujur jangan berdusta.Karena sekali kita berkata dusta,
selanjutnya kita akan berdusta untuk menutupi dusta kita yangpertama, begitu
seterusnya, sehingga bibir kita pun selalu berbohong tanpa merasa berdosa.
Siapapuntak ingin dibohongi, seorang istri akan sangat sakit hatinya bila
ketahuan suaminya berbohong, begitu juga sebaliknya. Rakyat pun akan murka
bila dibohongi pemimpinnya. Juga tidak kalah penting dalammenyampaikan
kebenaran, adalah keberanian untuk bicara tegas, jangan ragu dan takut, apalagi
jelasdasar hukumnya Al Quran dan hadits. Katakanlah kebenaran itu, meskipun
sangat menyakitkan, pesanRasullulah ini, sejatinya mrnguatkan kita dalam
menghadapi resiko yang apa pun yang akan kita hadapidalam berdakwah.Keempat :
Qaulan Balighan (tepat) sebagai orang yang bijak bila berdakwah kita harus
melihat stuasi dankondisi yang tepat dan menyampaikan dengan kata-kata yang
tepat. Bila bicara dengan anak-anak kitaharus berkata sesuai dengan pikiran
mereka, bila dengan remaja kita harus mengerti dunia mereka.Jangan kita
berdakwah tentang teknologi nuklir dihadapan jamaah yang berusia lanjut tentu
sangat tidaktepat sasaran, malah membuat mereka semakin bingung..Kelima :
Qaulan Layyinan ( lemah lembut), maksudnya tidak mengeraskan suara, seperti
membentak,meninggikan suara. Siapapun tidak suka bila berbicara dengan
orang-orang yang kasar.Rasullulah selalubertuturkata dengan lemah lembut,
hingga setiap kata yang beliau ucapkan sangat menyentuh hatisiapapun yang
mendengarnya. Seperti ayat pembuka diatas Allah melarang bersikap keras dan
kasardalam berdakwah, karena kekerasan akan mengakibatkan dakwah tidak akan berhasil
malah ummatakan menjauh.
Dalam berdoa pun Allah memerintahkan
agar kita memohon dengan lemahlembut ”Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah
diri dan suara yang lemahlembut, sungguh Allah tidakmenyukai orang-orang yang
melampaui batas,” (Al A’raaf ayat 55)
Demikian Allah mengajarkan kepada
kita, dalam menjalin komunikasi, khususnya dengan saudara kitasesama muslim.
Yakinlah bila tuntunan ini kita praktekkan dalam kehidupan baik di dalam
rumahtangga,maupun di masyarakat. Dimana pun kita berada insyaAllah, semuanya
akan terasa indah. Karena muslimyang beriman keberadaannya akan selalu
disenangi, kata-katanya menyejukkan hati siapapun yang mendengarnya.