Halaman

Sabtu, 04 Januari 2014

contoh karya tulis ilmiah Bab II

BAB II
PEMERIAN MASALAH

2.1  Sejarah Ilmu Komunikasi

            Perkembangan komunikasi sebagai ilmu selalu dikaitkan dengan aktifitas retorika yang terjadi di zaman Yunani kuno, sehingga menimbulkan pemahaman bagi pemikir-pemikir barat bahwa perkembangan komunikasi pada zaman itu mengalami masa kegelapan (dark ages) karena tidak berkembang di zaman Romawi kuno. Dan baru mulai dicatat perkembangannya pada masa ditemukannya mesin cetak oleh Guttenberg (1457). Sehingga masalah yang muncul adalah, rentang waktu antara perkembangan ilmu komunikasi yang awalnya dikenal retorika pada masa Yunani kuno, sampai pada pencatatan sejarah komunikasi pada masa pemikiran tokoh-tokoh pada abad 19, sangat jauh. Sehingga sejarah perkembangan ilmu komunikasi itu sendiri terputus kira-kira 1400 tahun. Padahal menurut catatan lain, sebenarnya aktifitas retorika yang dilakukan pada zaman Yunani kuno juga dilanjutkan perkembangan aktifitasnya pada zaman pertengahan (masa persebaran agama). Sehingga menimbulkan asumsi bahwa perkembangan komunikasi itu menjadi sebuah ilmu tidak pernah terputus, artinya tidak ada mata rantai sejarah yang hilang pada perkembangan komunikasi.

            Telah disinggung di atas bahwa fenomena komunikasi berkembang dan tercatat kembali pada awal ditemukannya mesin cetak oleh Gutenberg (1457). Padahal, pada abad-abad sebelumnya, aktifitas komunikasi sudah berkembang cukup pesat yang berlangsung di zaman pertengahan (persebaran agama).       Mungkin masa ketika diketemukannya mesin cetak itu sendiri terjadi di zaman renaissance, dimana pemikiran-pemikiran ilmuwan telah bebas dari dogma-dogma agama. Sehingga mereka tidak menyinggung masa persebaran agama sebagai bagian dari sejarah perkembangan komunikasi itu sendiri. Rentang waktu antara tahun 500 SM (masa-masa pemikiran retorika di Yunani kuno) sampai pada penemuan mesin cetak (1457 M) merupakan abad-abad dimana terdapat proses perkembangan komunikasi yang dalam hal ini berbentuk ajaran dan keyakinan suatau agama (yang tentu pula tidak dapat dipungkiri bahwa dalam aktifitas persebaran ajaran agama, retorika dan bentuk komunikasi lainnya cenderung berperan besar dalam mengubah keyakinan seseorang). Sehingga tidak menyalahi aturan kalau makalah ini mencoba mengangkat masa penyebaran agama dan ajaran-ajaran bijak yang berlangsung antara rentang waktu tersebut dijadikan sebagai bagian dari mata rantai sejarah yang hilang dari perkembangan ilmu komunikasi itu. Pada awalnya perkembangan komunikasi yang terjadi di zaman Romawi (sebagai perkembangan dari Yunani kuno sekitar tahun 500 SM-5 M) mengalami kendala, karena pada masa itu Romawi mengalami masa kegelapan (dark ages). Padahal, masa kegelapan yang terjadi di Eropah ini merupakan sisi lain dari masa keemasan peradaban Islam, dimana pada masa ini perkembangan ilmu pengetahuan (termasuk aktifitas komunikasi) cukup signifikan. Selain itu, perkembangan komunikasi juga sangat maju pesat di Cina yang telah dimulai pada tahun 550 SM. Memang, aktifitas komunkasi dalam bentuk retorika yang berlangsung di Cina dan Islam ini lebih menekankan pada penyebaran ajaran dan keyakinan. Berbeda di Yunani dan Romawi yang lebih bersifat politis. Salah satu ajaran yang berkembang yaitu ajaran konfusiunisme di Cina. Kong hu Cu (bagian dari konfusianisme) lahir pada sekitar 550 SM yang ajarannya telah berusia 2000 tahun. Konfusius mulai mengajarkan filsafat hidupnya ketika Cina masih terpecah-pecah. Dalam penyebarannya, komunikasi yang dilakukan sudah sangat maju setelah ditemukannya kertas oleh Ts’ai Lun (105 M). Namun, ketika dinasti Qin (215 SM-206 SM), kaisar Qin Shi Hung melarang ajaran Konfusianisme, sehingga banyak buku-buku yang dibakar. Namun, ketika masa dinasti Han (206 SM-220 M), konfusianisme mulai mencapai masa emasnya kembali. Misalnya dengan didirikannya semacam Imperial University yang meninggalkan kitab-kitab ajaran konfusianisme seperti kitab Shi Ching (kumpulan lagu-lagu), Shu Ching (dokumen-dokumen), I Ching (buku ahli ramalan), Ch’un Ch’iu (peristiwa penting), dan Li Chi (upacara-upacara). Konfusianisme ini berlangsung cukup lama sampai pada masa jatuhnya dinasti Ching (1644-1911). Hal ini mengidentifikasikan bahwa adanya proses perkembangan komunikasi yang lebih condong pada penyebaran ajaran-ajaran konfusianisme di Cina.

            Melihat uraian sejarah perkembangan komunikasi di zaman pertengahan di atas, timbullah satu pertanyaan, mengapa aktifitas retorika dalam kaitannya dakwah yang terjadi di zaman pertengahan tidak dijadikan bagian dari mata rantai sejarah perkembangn komunikasi oleh para pemikir-pemikir barat? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita lihat fase-fase perkembangn ilmu itu sendiri dari zaman ke zaman. Ilmu berkembang, pertama kali pada masa Yunani kuno. Lalu dilanjutkan pada zaman pertengahan (yang sebenarnya adalah masa-masa persebaran agama). Telah disinggung di atas, contoh persebaran agama yang diambil adalah Islam yang memang berlangsung pada zaman pertengahan. Lalu ilmu berkembang lagi pada zaman renaissance (14-17 M), dimana kebanyakan pemikiran tokoh-tokoh pada abad ini sudah bebas dan tidak terikat lagi oleh dogma-dogma agama. Sebut saja seperti Isaac Newton dan Darwin. Zaman ini merupakan zaman peralihan dari zaman pertengahan menuju zaman modern. Ketika di zaman modern, ilmu-ilmu yang berkembang itu lebih didasari oleh pemikiran-pemikiran yang ilmiah dan empiris. Seperti Darwin yang sangat fanatik dengan teori evolusinya. Inilah yang mungkin menyebabkan banyak teori-teori komunikasi yang tidak pernah mencantumkan nama-nama besar dari cendikiawan-cendikiawan Islam (seperti Al Kindi, Al Farabi, dll) sebagai tokoh yang berjasa dalam mengembangkan komunikasi itu sendiri pada zaman pertengahan. Mungkin ini ada kaitannya dengan masa kegelapan (dark ages) yang terjadi di Eropah yang kala itu merupakan zaman keemasan peradaban Islam. Contoh peristiwa penting yaitu perang Salib yang terulang sebanyak enam kali. Hal ini tidak hanya menjadi ajang peperangan fisik, tetapi juga menyadarkan serdadu-serdadu eropah akan kemajuan negara-negara Islam yang sedemikian pesatnya. Sehingga mereka menyebarkan pengalaman-pengalaman mereka itu sekembalinya di negara masing-masing.

            Pada tahun1453 M, Istambul jatuh ke Turki, sehingga para pendeta atau sarjana mengungsi ke Itali atau negara-negara lain. Mereka inilah yang menjadi pionir-pionir perkembangan ilmu di Eropah. Padahal sebenarnya mereka ini mendapatkan pengetahuannya dari peradaban Islam yang telah maju lebih dulu. Mengenai perkembangan komunikasi yang lebih cenderung diklaim sebagai bagian dari perkembangan ilmu pengetahuan di Amerika dan Eropah, sebenarnya kembali pada pola pemikiran dari manfaat ilmu pengetahuan yang ditemukan. Pada dasarnya, orang Amerika dan Eropah cenderung untuk mematenkan suatu ciptaan, sedangkan pemikir-pemikir di Asia dan peradaban Timur tengah lebih cenderung kepada manfaat dari hasil temuannya itu. Padahal jelas, sejarah menceritakan secara gamblang bahwa peradaban yang sangat maju telah berlangsung lebih dulu di Cina dan Timur Tengah.

2.2 Pengertian Komunikasi

            Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia.

Onong Cahyana Effendi
“Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media)”

Harold Laswell
“Komunikasi adalah gambaran mengenai siapa, mengatakan apa, melalui media apa, kepada siapa, dan apa efeknya.”
Raymond Ross
“Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator”.
Gerald R. Miller
“Komunikasi terjadi saat satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan niat sadar untuk mempengaruhi perilaku mereka”.
Everett M. Rogers
“Komunikasi adalah proses suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu atau banyak penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”.
Carl I. Hovland
“Komunikasi adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya dengan menggunakan lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain”.
New Comb
“Komunikasi adalah transmisi informasi yang terdiri dari rangsangan diskriminatif dari sumber kepada penerima”.
Bernard Barelson & Garry A. Steiner
“Komunikasi adalah proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dsb”.
Colin Cherry
“Komunikasi adalah proses dimana pihak-pihak saling menggunakan informasi dengan untuk mencapai tujuan bersama dan komunikasi merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh penerus rangsangan dan pembangkitan balasannya”.
Hovland, Janis dan Kelley
“Komunikasi merupakan proses individu mengirim rangsangan (stimulus) yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain. Pada definisi ini mereka menganggap komunikasi sebagai suatu proses”.
Louis Forsdale
“Menurut Forsdale (1981), ahli komunikasi dan pendidikan “communication is the process by which a system is established, maintained and altered by means of shared signals that operate according to rules”. Komunikasi adalah suatu proses dimana suatu sistem dibentuk, dipelihara, dan diubah dengan tujuan bahwa sinyal-sinyal yang dikirimkan dan diterima dilakukan sesuai dengan aturan”.
Tujuan Komunikasi
Hewitt (1981), menjabarkan tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik sebagai berikut:
1. Mempelajari atau mengajarkan sesuatu
2. Mempengaruhi perilaku seseorang
3. Mengungkapkan perasaan
4. Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain
5. Berhubungan dengan orang lain
6. Menyelesaian sebuah masalah
7. Mencapai sebuah tujuan
8. Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik
9. Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orng lain
http://duniabaca.com/pengertian-atau-definisi-komunikasi.html
2.3 Komunikasi Islam
            Komunikasi Islam adalah proses penyampaian pesan-pesan keislaman dengan menggunakan prinsip-prinsip komunikasi dalam Islam. Dengan pengertian demikian, maka komunikasi Islam menekankan pada unsur pesan (message), yakni risalah atau nilai-nilai Islam, dan cara (how), dalam hal ini tentang gaya bicara dan penggunaan bahasa (retorika). Pesan-pesan keislaman yang disampaikan dalam komunikasi Islam meliputi seluruh ajaran Islam, meliputi akidah (iman), syariah (Islam), dan akhlak (ihsan).
            Soal cara (kaifiyah), dalam Al-Quran dan Al-Hadits ditemukan berbagai panduan agar komunikasi berjalan dengan baik dan efektif. Kita dapat mengistilahkannya sebagai kaidah, prinsip, atau etika berkomunikasi dalam perspektif Islam. Kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi kaum Muslim dalam melakukan komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersonal, interpersonal dalam pergaulan sehari hari, berdakwah secara lisan dan tulisan, maupun dalam aktivitas lain.
            Dalam berbagai literatur tentang komunikasi Islam kita dapat menemukan setidaknya enam jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam, yakni:
1)      Qaulan Sadida
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Qaulan Sadida –perkataan yang benar” (QS. 4:9)
Qaulan Sadidan berarti pembicaran, ucapan, atau perkataan yang benar, baik dari segi substansi (materi, isi, pesan) maupun redaksi (tata bahasa).
Dari segi substansi, komunikasi Islam harus menginformasikan atau menyampaikan kebenaran, faktual, hal yang benar saja, jujur, tidak berbohong, juga tidak merekayasa atau memanipulasi fakta.
2)      Qaulan Baligha
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha –perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.“ (QS An-Nissa :63).
Kata baligh berarti tepat, lugas, fasih, dan jelas maknanya. Qaulan Baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah (straight to the point), dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele. Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh mereka.
3)      Qaulan Ma’rufa
Kata Qaulan Ma`rufan disebutkan Allah dalam QS An-Nissa :5 dan 8, QS. Al-Baqarah:235 dan 263, serta Al-Ahzab: 32.
Qaulan Ma’rufa artinya perkataan yang baik, ungkapan yang pantas, santun, menggunakan sindiran (tidak kasar), dan tidak menyakitkan atau menyinggung perasaan. Qaulan Ma’rufa juga bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan (maslahat).
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya[268], harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Ma’rufa –kata-kata yang baik.” (QS An-Nissa :5)


4)      Qaulan Karima
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orangtuamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, seklai kali janganlah kamu mengatakan kepada kedanya perkatan ‘ah’ dan kamu janganlah membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Karima –ucapan yang mulia” (QS. Al-Isra: 23).
Qaulan Karima adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan bertatakrama. Dalam ayat tersebut perkataan yang mulia wajib dilakukan saat berbicara dengan kedua orangtua. Kita dilarang membentak mereka atau mengucapkan kata-kata yang sekiranya menyakiti hati mereka.

5)      Qaulan Layina
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan Qulan Layina –kata-kata yang lemah-lembut…” (QS. Thaha: 44).
Qaulan Layina berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud layina ialah kata kata sindiran, bukan dengan kata kata terus terang atau lugas, apalagi kasar.
6)      Qaulan Maysura
”Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura –ucapan yang mudah” (QS. Al-Isra: 28).
Qaulan Maysura bermakna ucapan yang mudah, yakni mudah dicerna, mudah dimengerti, dan dipahami oleh komunikan. Makna lainnya adalah kata-kata yang menyenangkan atau berisi hal-hal yang menggembirakan. Wallahu a’lam.

2.4 Etika Komunikasi Islam
            Allah Ta’ala berfirman: “Dan berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadapmereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri darisekitarmu,”.(Ali Imran ayat 159)

            Ayat ini sangat luas dan dalam maknanya, karena itu ketika menyelesaikan studi di fakultas ilmukomunikasi, ayat inilah yang mengilhami skripsi saya.Dari firman Allah ini, betapa besar dampaknyakomunikasi dalam tatanan hidup manusia sebagai mahluk sosial.Menurut pakar komunikasi 70% dalam24 jam, waktu manusia diisi dengan komunikasi.Begitu banyaknya waktu yang kita habiskan dalamkomunikasi. Salah komunikasi atau misscommunication akan mengakibatkan salah persepsi, atau dalambahasa gaulnya nggak nyambung.Faktor yang paling penting dalam berdakwah ialah komunikasi.maka sebagai muslim kita harus tahuetika berkomunikasi yang sesuai dengan ajaran Islam. Menurut penulis, rasullullah SAW adalahkomunikator yang hebat, setiap pesan yang beliau sampaikan pasti berkesan dihati para sahabat,bahkan dihati kaum kafir yang memusuhinya.
            Tiada agama yang paling sempurna kecuali Islam, siapapun apakah ia muslim atau kafir bila saja maumenggunakan akal untuk berpikir, pasti akan sampai pada kesimpulan yang sama. Bayangkan, Islamtidak hanya mengatur kehidupan akhirat, duniawi, teknologi, bahkan sampai hal-hal kecil pun sepertitata cara mandi, berpakaian, tidur diatur Islam, melalui sunnah rasullulah saw, uswatunhasanah bagikita. Islam juga banyak mengatur tata cara berkomunikasi. Sungguh beruntung kita ditakdirkan sebagaiseorang muslim, karena hidup kita mempunyai tuntunan yang lengkap dan menyeluruh. Lengkap karenakita memiliki Al Quran dan hadits sebagai sumber hukum yang paling otentik dan terpercaya.
            Rasululah SAW mengatakan, Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang dapat bermanfaat bagi oranglain, atau sebaik-baiknya manusia adalah orang yang sangat baik dengan tetangganya, dan banyaklagi hadits-hadits yang menyuruh kita untuk mencintai saudara kita sesama muslim seperti kitamencintai diri kita sendiri. Semua ini membuktikan betapa kita harus bisa berkomunikasi dengan nilai-nilai yang islami, hingga lisan kita tidak sampai menyakiti orang lain, bahkan sebaliknya setiap kata yangdiucapkan dapat menyejukkan hati.Allah berfirman,
”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu sekalian dari seorang laki-lakidan seorang perempuan serta menjadikan kamu sekalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supayakamu saling mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu sekalian di sisi Allahadalah yang paling takwa diantara kamu sekalian”. (Al Hujarat, : 13)

            Dari ayat ini, Allah menyuruh kitauntuk saling mengenal, mestipun berbeda suku, berbeda bangsa, berbeda budaya, berbeda warna kulit,sebagai manusia kita harus menjalin komunikasi yang baik. Selanjutnya Allah juga menegaskan yangpaling mulia di sisi Allah bukanlah yang paling kaya, paling cantik, paling pintar, paling popular dsbnya,namun yang paling mulia adalah manusia yang paling bertakwa kepada Allah SWT.Setiap manusia mempunyai karakter, sifat dan kepribadian yang berbeda. Meski anak yang lahir kembaridentik pun pasti memiliki sifat dan karakter yang tidak sama. Untuk itu Islam mengatur tata carabergaul yang benar, agar seseorang dapat bersinergi dengan orang lain meski mempunyai kepribadian ,sikap dan watak yang berbeda. Allah berfirman,
”Dan hamba-hamba Tuhan yang maha penyayang ituadalah orang-orang yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahilmenyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.”(Al Furqon: 63)

            Rendah hati (tawadhu) dan mengucapkan kata-kata yang baik (Qaulan Salaamah). Rendah hati adalahsifat yang sangat mulia, orang yang tawadhu akan tercermin dari sifat dan tingkah lakunya. Dalampergaulan orang yang tawadhu pasti disenangi, bila berkata sewajarnya, kepada yang lebih tuamenghormati, namun kepada yang lebih muda menyayangi. Orang seperti ini bila ditakdirkan jadipemimpin, ia akan tampil sebagai pemimpin yang amanah.Bila kita baca riwayat hidup rasullah, manusia yang dijamin masuk surga itu, sungguh rendah hatiterhadap keluarga, dan sahabat-sahabatnya. Beliau bersabda, Sesungguhnya Allah telah memberiwahyu kepadaku, yaitu kamu sekalian hendaklah bersikap tawadhu sehingga tidak ada seseorangbersikap sombong kepada yang lain, dan tidak ada seseorang menganiaya yang lain, (Hr Muslim). Dandalam riwayat lain Anas RA berkata, Bila ada budak di Madinah memegang tangan nabi SAW, makabeliau pergi mengikuti kemana budak itu menghendaki. (Hr Bukhari) Sungguh, sikap tawadhu benar-benar dicontohkan langsung oleh rasul, yang tidak membedakan status sosial kendati beliau adalah manusia yang paling mulia di dunia dan akhirat namun tetap menghargai seorang budak .Sebagai Muslim yang baik harus selalu menjaga setiap kata yang keluar dari mulutnya. Karena setiaplafaz yang kita ucapkan akan dipertanggungjawabkan diakhirat nanti.
            Dalam pergaulan Qaulan Salaamahterdiri dari beberapa aspek antara lain:Pertama : Qaulan Kariiman ( mulia) sebagai muslim kita harus berkata dengan kata-kata yang mulia,hindarilah kata-kata yang hina, seperti mengejek, mengolok-ngolok hingga menyakiti perasaan oranglain. Pepatah mengatakan, memang lidah tidak bertulang, tak terbatas kata-kata kendati lidah takbertulang, namun lidah bisa lebih tajam dari sembilu. Banyak orang bisa sembuh bila dilukai denganpedang, namun bila dilukai dengan lidah, sakitnya akan terbawa sampai mati. Hati-hati dengan perkataan, bila ingin bergurau tetap jaga lisan dari kata-kata yang menyakiti, bergurau dan bergaulharus tetap dengan kata-kata yang mulia.Kedua : Qaulan marufan ( baik) Berkatalah yang baik atau diam itu pesan rasullulah kepadaummatnya. Sebagai muslim yang beriman lisan harus terjaga dari perkataan yang sia-sia, apapun yangdiucapkannya harus selalu mengandung nasehat, menyejukkan hati bagi orang yang mendengarnya.Jangan biarkan lisan ini mencari-cari kejelekan orang lain.
            Hindari kata-kata yang hanya bisa mengkritikatau mencari kesalahan orang lain, memfitnah, menghasut. Sungguh, perbuatan yang sangat hina,hingga Allah berfirman dalam surat Al Hujarat ayat 12, seumpama orang yang memakan bangkaitemannya sendiri. Sungguh sangat menjijikkan.Ketiga : Qaulan Syadidan ( lurus dan benar). Seorang muslim berkata harus benar, jujur jangan berdusta.Karena sekali kita berkata dusta, selanjutnya kita akan berdusta untuk menutupi dusta kita yangpertama, begitu seterusnya, sehingga bibir kita pun selalu berbohong tanpa merasa berdosa. Siapapuntak ingin dibohongi, seorang istri akan sangat sakit hatinya bila ketahuan suaminya berbohong, begitu juga sebaliknya. Rakyat pun akan murka bila dibohongi pemimpinnya. Juga tidak kalah penting dalammenyampaikan kebenaran, adalah keberanian untuk bicara tegas, jangan ragu dan takut, apalagi jelasdasar hukumnya Al Quran dan hadits. Katakanlah kebenaran itu, meskipun sangat menyakitkan, pesanRasullulah ini, sejatinya mrnguatkan kita dalam menghadapi resiko yang apa pun yang akan kita hadapidalam berdakwah.Keempat : Qaulan Balighan (tepat) sebagai orang yang bijak bila berdakwah kita harus melihat stuasi dankondisi yang tepat dan menyampaikan dengan kata-kata yang tepat. Bila bicara dengan anak-anak kitaharus berkata sesuai dengan pikiran mereka, bila dengan remaja kita harus mengerti dunia mereka.Jangan kita berdakwah tentang teknologi nuklir dihadapan jamaah yang berusia lanjut tentu sangat tidaktepat sasaran, malah membuat mereka semakin bingung..Kelima : Qaulan Layyinan ( lemah lembut), maksudnya tidak mengeraskan suara, seperti membentak,meninggikan suara. Siapapun tidak suka bila berbicara dengan orang-orang yang kasar.Rasullulah selalubertuturkata dengan lemah lembut, hingga setiap kata yang beliau ucapkan sangat menyentuh hatisiapapun yang mendengarnya. Seperti ayat pembuka diatas Allah melarang bersikap keras dan kasardalam berdakwah, karena kekerasan akan mengakibatkan dakwah tidak akan berhasil malah ummatakan menjauh.
            Dalam berdoa pun Allah memerintahkan agar kita memohon dengan lemahlembut ”Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lemahlembut, sungguh Allah tidakmenyukai orang-orang yang melampaui batas,” (Al A’raaf ayat 55)
            Demikian Allah mengajarkan kepada kita, dalam menjalin komunikasi, khususnya dengan saudara kitasesama muslim. Yakinlah bila tuntunan ini kita praktekkan dalam kehidupan baik di dalam rumahtangga,maupun di masyarakat. Dimana pun kita berada insyaAllah, semuanya akan terasa indah. Karena muslimyang beriman keberadaannya akan selalu disenangi, kata-katanya menyejukkan hati siapapun yang mendengarnya.

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar